2.3.a.4.2. Eksplorasi Konsep - Komunikasi Yang Memberdayakan


Bagian ke dua dari Ekplorasi Konsep di modul ini adalah belajar tentang Komunikasi Yang Memberdayakan.
Berikut ini adalah materi yang disajikan dalam Eksplorasi Konsep serta jawaban yang saya buat berdasarkan hasil ekplorasi konsep yang dilakukan dalam proses pembelajaran.

Komunikasi yang memberdayakan

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,
Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai proses meneruskan informasi atau pesan dari satu pihak kepihak yang lain dengan menggunakan media kata, tulisan ataupun tanda peraga. Komunikasi dapat terjadi satu arah dan dua arah, dimana ada peran pemberi pesan dan penerima pesan.
Dalam bukunya Beck, Benet dan Wall mendeskripsikannya sedemikian: Komunikasi adalah tentang diri kita, berawal dari dalam kita dan melalui kita. Komunikasi merepresentasikan keinginan diri kita untuk memiliki arti dan memberikan arti bagi kehidupan. Makna komunikasi menjadi lebih luas dan dalam ketika ada keinginan dari dalam diri manusia yang mendorong komunikasi mereka untuk menjadi lebih berdampak bagi kehidupan baik sang pemberi pesan ataupun penerima pesan, yakni komunikasi yang memberdayakan potensi setiap pihak sehingga dapat menghasilkan perubahan arti kehidupan. Komunikasi yang sedemikian dapat membentuk relasi, menciptakan kenyamanan, dan menghasilkan kreativitas serta kemerdekaan.
Komunikasi menurut Filsuf Jerman, Jurgen Habermas merupakan hubungan yang simetris atau timbal balik. Komunikasi selalu terjadi di antara pihak yang sama kedudukannya. Komunikasi justru bukan hubungan kekuasaan, melainkan hanya dapat terjadi apabila kedua belah pihak saling mengakui kebebasannya dan saling percaya. Komunikasi merupakan interaksi yang diantarkan secara simbolis, menurut Bahasa, dan mengikuti normanorma. Bahasa harus dapat dimengerti, benar, jujur dan tepat. Keberlakuan norma-norma itu hanya dapat dijamin melalui kesepakatan dan pengakuan bersama bahwa kita terikat olehnya. Komunikasi tidak mengembangkan keterampilan, melainkan kepribadian orang. Kita menjadi ahli komunikasi melalui internalisasi peran-peran sosial (Frans Magnis Suseno, Pijar-Pijar Filsafat, 2005, hal 186-188).

4 unsur utama yang mendasari prinsip komunikasi yang memberdayakan:
1) Hubungan saling mempercayai
Rasa aman dan nyaman akan hadir dalam sebuah hubungan jika ada rasa saling memperhatikan baik keadaan pribadi atau kesejahteraan profesionalnya. Bagi murid, bahwa kita peduli pada kualitas belajarnya akan membuat murid berasumsi bahwa komunikasi kita bertujuan untuk perbaikan mutu. Kepercayaan merupakan jalan dua arah.
2) Menggunakan data yang benar
Dalam setiap komunikasi diperlukan data yang benar dan dinamika yang sesuai. Tanpa gambaran akurat tentang pesan atau masalah yang sedang dibahas, maka kesan subjektivitas akan hadir dalam proses komunikasi.
3) Bertujuan menuntun para pihak untuk optimalisasi potensi
Komunikasi memberdayakan seyogyanya menuntun rekan bicara kita untuk mampu berefleksi atas diri mereka dan mengenali pesan atau isu yang dibahas dengan benar. Rasa kepemilikan dan tanggung jawab atas pesan dari proses komunikasi yang ada akan membuat dampak pada jangka yang lebih panjang.
4) Rencana tindak lanjut atau aksi
Jika diperlukan, buatlah rancangan konkrit sebagai hasil dari proses komunikasi. Hal ini sebagai bentuk komitmen dari sebuah komunikasi yang bertujuan positif dan efektif.

Mari kita berefleksi sejenak: 

Apakah komunikasi kita sehari-hari, secara khusus sebagai seorang pendidik sudah memberdayakan dan efektif?  
Adakah hasil positif dan transformatif lewat percakapan kita dengan murid di sekolah? 

Bapak/Ibu CGP, coaching adalah salah satu kompetensi pemimpin di abad 21 yang perlu untuk terus dikembangkan, dan lewat keterampilan berkomunikasi yang terus diasah, kita dapat memberdayakan potensi murid kita sehingga baik mereka ataupun diri kita sendiri dapat optimal dalam belajar dan berkarya. 

Pada bagian ini, kita akan membahas empat aspek berkomunikasi yang perlu kita pahami dan kita latih untuk mendukung praktik Coaching kita. 

A.   Komunikasi asertif 
B.   Pendengar aktif 
C.   Bertanya efektif 
D.   Umpan balik positif 

Penjelasan masing-masing aspek komunikasi tersebut adalah sebagai berikut: 

A. Komunikasi Asertif

Dalam proses berkomunikasi dengan orang lain, tidak selalu apa yang kita harapkan akan berjalan dengan lancar. Ada saja hambatan yang datang dan seringkali hasil komunikasi tersebut tidak dapat memuaskan semua orang. Hal ini dapat terjadi karena sikap berkomunikasi yang berbeda satu sama lain, dan tidak semua orang dapat secara mudah mengungkapkan apa yang ada di benaknya dengan tepat. Kita perlu memahami tipe umum manusia berkomunikasi agar kita dapat memberikan respon yang tepat.
Untuk lebih memahami, simaklah video singkat berikut ini kemudian jawablah pertanyaan reflektif yang disajikan:

Pertanyaan 1 :
Apakah gaya komunikasi Anda? Mengapa Anda berpikir demikian?

Jawaban saya :
Gaya komunikasi saya adalah lebih cenderung berada pada kategori Asertif, walaupun dalam beberapa situasi tertentu terkadang Agresif dan terkadang pasif. Dalam berkomunikasi saya selalu berusaha menyampaikan setiap pesan dengan jujur dan jelas serta selalu bertanggung jawab terhadap apa yang saya sampaikan, hal ini saya lakukan agar apa yang disampaikan dapat diterima dengan jelas oleh orang lain dan selalu menjaga perasaan lawan bicara agar tidak tersinggung, saya juga tidak terlalu mendominasi ketika berkomunikasi, dan berupaya menyampaikan kebutuhan saya tanpa merusak relasi dengan orang lain.
 
Pertanyaan 2 :
Langkah-langkah yang perlu dipelajari untuk menjadi komunikator yang asertif.

Jawaban saya :
Langkah-langkah yang perlu dipelajari untuk menjadi komunikator yang asertif adalah
  • Memadukan gaya komunikasi agresif dan submisif (pasif) secara tepat dan bermanfaat;
  • Membangun kepercayaan diri dalam menyampaikan pendapat
  • Mengontrol emosi dengan tenang ketika berkomunikasi, serta memahami perasaan, bertanggung jawab terhadap apa yang dipikirkan dan jujur melakukan pesan verbal, dan non verbal
  • mencari jalan tengah dalam penyelesaian masalah
  • mencari pendapat terbaik dan tegas dalam penyelesaian masalah.

Pertanyaan 3 :
Apakah yang menjadi tantangan Anda dan apa yang perlu diusahakan dari diri Anda agar dapat melakukan komunikasi asertif?

Jawaban saya :
Yang menjadi tantangan bagi saya yang perlu diusahakan agar dapat melakukan komunikasi asertif adalah rasa percaya diri dalam menyampaikan pendapat, mengurangi rasa was-was dalam diri tentang pemikiran bahwa pendapat saya akan dapat merusak relasi serta rasa ketidakenakan.

Berkomunikasi secara asertif akan membangun kualitas hubungan kita dengan orang lain menjadi lebih positif karena ada pencapaian bersama dan kesepakatan dalam pemahaman dari kedua belah pihak.
Kualitas hubungan yang diharapkan dibangun atas rasa hormat pada pemikiran dan perasaan orang lain.
Ketika melakukan kegiatan coaching, sebagai seorang coach kita biasanya menghendaki adanya hasil yang dicapai, namun ada kalanya coachee kita (murid) merasa tidak suka atau merasa ragu serta tertekan dengan komunikasi yang hendak dibangun. Karenanya, sebuah pemahaman komunikasi asertif perlu dibangun agar timbul rasa percaya dan aman. Ketika rasa aman itu hadir dalam sebuah hubungan coach and coachee, maka coachee akan lebih terbuka dan menerima ajakan kita untuk berkomunikasi. Keselarasan pada tujuan mulai terbangun.

Dalam usaha membangun keselarasan berkomunikasi, coach juga perlu belajar menyamakan posisi diri pada saat coaching berlangsung. Beberapa tips singkat yang dapat seorang coach lakukan:

1. Menyamakan kata kunci

Memperhatikan kata kunci dalam pembicaraan memberikan kesan penerimaan hubungan coach dan coachee. Disini awal keberhasilan coaching sebab coach dan coachee mampu menyesuaikan diri dan membangun relasi.
Kata-kata kunci biasanya merupakan kata-kata yang diulang-ulang atau ditekankan oleh coachee dan ini biasanya terkait dengan nilai kehidupan. Coach dapat menggunakan kata-kata kunci ini untuk membimbing coachee untuk mencapai tujuannya.
Sebagai contoh, jika murid menggunakan bahasa dan istilah kekinian dalam bercerita, kita dapat juga menggunakan istilah yang dipakai ketika kita bertanya untuk mengklarifikasi pernyataannya.

Percakapan 1
Murid : “Bu, aku tuh kalau uda masuk kelas Pak Mato, pikiran tuh langsung ambyar..byar byar Bu.”
Guru : “Oh demikian? Bisa kamu ceritakan ambyar yang bagaimana sehingga kamu sulit konsentrasi belajar di kelas?”

Percakapan 2
Murid : “Pak, Timun selalu gitu deh. Lebay banget kalau uda ngomong. Saya makin lama uda gak nyaman mau main sama dia.”
Guru : “Seberapa kecewanya kamu dengan lebaynya teman yang kamu ceritakan barusan?

2. Menyamakan bahasa tubuh

Bahasa tubuh memainkan peran penting dalam komunikasi sebab hal ini dalam menentukan bagaimana rekan bicara kita akan menanggapi dan berhubungan selanjutnya dengan kita. Bahasa tubuh disini meliputi mimik wajah, suara, postur tubuh, ataupun gerakan tubuh lainnya.
Coach dapat memberikan tanda setuju secara tidak langsung pada apa yang disampaikan coachee dengan senyum atau dengan anggukan. Jika coachee kita sedang bersandar ke lengan kursi misalnya, coach juga dapat mengikuti gerakannya. Ketika coachee sedang bersemangat bercerita dan mencondongkan tubuhnya ke depan, kita juga usahakan mengikutinya. Kegiatan penyamaan ini perlu dilakukan dengan halus dan tidak kentara agar coachee tidak merasa ditiru.

3. Menyelaraskan emosi
Setelah kata dan bahasa tubuh yang kita selaraskan, emosi pun perlu kita usahakan untuk diselaraskan, terutama ketika coachee mengucapkan hal-hal yang emosional. Hal ini akan membuat coachee merasa coach-nya ada pada pihaknya dan mengerti perasaannya.

Contoh:
Murid : “Saya sudah gak bisa kerja sama Toni lagi Bu. Dia tidak pernah menerima ide yang saya berikan.”
Guru : “Ya, Ibu dapat memahami perasaan kamu. Tidak semua orang dapat dengan mudah menerima pendapat orang lain.”
Komunikasi asertif membangun relasi. Relasi baik dan positif yang terbentuk akan menjadi modal utama dalam process coaching.

Pertanyaan 4 :
Setelah mempelajari bagian ini apa pemahaman Anda mengenai makna dari membangun sebuah komunikasi asertif dengan murid?

Jawaban saya :
Setelah mempelajari bagian ini pemahaman saya mengenai makna membangun sebuah komunikasi asertif adalah untuk membangun rasa percaya dan aman antara guru dan murid sehingga murid lebih terbuka dan menerima ajakan guru untuk berkomunikasi dan menceritakan masalah yang dihadapinya.

Pertanyaan 5 :
Apa dampak yang bisa Anda rasakan?

Jawaban saya :
Dampak yang bisa saya rasakan adalah timbulnya rasa saling percaya dan nyaman dalam komunikasi sehingga kita dapat fokus mencari solusi atas masalah yang dihadapi.

B. Pendengar aktif

Bacalah kutipan berikut ini. Tuliskan pemahaman Anda
I know that you believe you understand what you think I said but I am not sure you realise that what you think you heard and it is not what I meant

~ Alan Greenspan
(Saya tahu bahwa anda percaya diri bahwa anda memahami apa yang anda pikir saya katakan, namun saya tidak yakin bahwa anda menyadari bahwa apa yang anda pikir sudah didengar, dan ini bukanlah yang saya maksudkan)

Pertanyaan 6 :
Apa yang Anda tangkap dari kutipan ini? Ceritakan pemahaman Anda dengan bahasa Anda sendiri.

Jawaban saya :
yang saya tangkap dari kutipan tersebut adalah bahwa ketika kita melakukan komunikasi kedua belah pihak memang saling mendengar dan memikirkan apa yang di dengar namun belum tentu paham dan mengerti maksud apa yang dibicarakan dalam komunikasi tersebut dan memikirkannya untuk mengambil tindak lanjut dari komunikasi tersebut.

Salah satu keterampilan utama dalam coaching adalah keterampilan mendengar. Seorang coach yang baik akan mendengar lebih banyak dan kurang berbicara. Dalam sesi coaching kita perlu fokus bahwa pusat komunikasi adalah pada diri coachee, yakni murid kita. Dalam hal ini, seorang coach harus dapat mengesampingkan agenda pribadi atau apa yang ada dipikirannya termasuk penilaian terhadap coachee.
Terdengar mudah ya untuk dilakukan? Kita hanya perlu untuk duduk berhadapan dengan mereka dan mendengar apa yang mereka sampaikan. Namun apakah sungguh semudah itu? Dapatkah kita dengan sungguh mendengar mereka dan tidak mendengarkan apa yang ada dipikiran kita sendiri? Mari kita belajar lebih lanjut tentang kata kerja “mendengar” melalui tautan video berikut ini.





Pertanyaan 7 :
Setelah menonton video Mendengarkan aktif, apa yang Anda tangkap mengenai arti kata Mendengarkan (listening)?

Jawaban saya :
Mendengarkan merupakan sebuah proses yang memerlukan keutuhan diri dan konsentrasi untuk membangun relasi dengan baik. Mendengarkan merupakan aktivasi syaraf pendengaran yang dilakukan dengan sadar dan bertujuan memberi perhatian bukan hanya pada cerita namun juga bagaimana cerita itu disampaikan serta menaruh fokus terhadap apa yang disampaikan lawan bicara. Ketika mendengarkan, kita diharapkan membawa kebaikan dan mendengarkan hal baik.

Pertanyaan 8 :
Apa hambatan dari diri yang dapat membuat Anda tidak mendengarkan secara aktif?

Jawaban saya :
Hambatan dari diri sehingga saya tidak mendengarkan secara aktif adalah mengangap hal yang disampaikan tidak penting utamanya ketika menghadapi lawan bicara yang terkesan mengangung-agungkan diri sendiri sehingga apa yang dibicarakan kurang menarik perhatian saya.

Pertanyaan 9 :
Apa yang akan Anda lakukan untuk menghilangkan hambatan ini?

Jawaban saya :
Yang akan saya lakukan untuk menghilangkan hambatan tersebut adalah belajar untuk berempati, mencoba menerima dengan senang hati dengan sikap menghargai ketika ada lawan bicara yang terlalu agresif serta mencoba memposisikan diri sebagai pendengar yang baik dan memahami sesuatu dari sudut pandang orang lain.

Ketika kita mendengarkan lawan bicara kita, hal-hal yang kita dengar dari mereka antara lain:
Pesan yang disampaikan, baik yang terungkap langsung ataupun yang tersirat
  • Emosi dan perasaannya
  • Pikirannya
  • Bahasa tubuh dan mimik wajah
  • Nila-nilai yang menghidupi diri mereka
  • Usaha dan hasil yang dicapai
  • Materi lainnya yang disampaikan
Tantangan kita ketika mendengarkan ada pada kemampuan kita menangkap pesan yang disampaikan lewat ragam gaya komunikasi mereka. Karenanya, kita juga perlu mengerti beberapa teknik mendengarkan aktif, sehingga kita mampu menangkap pesan-pesan yang disampaikan.

5 Teknik mendengarkan aktif

1. Memberikan perhatian penuh pada lawan bicara kita dalam menyampaikan pesan.
Pesan yang disampaikan bisa terkomunikasikan secara verbal maupun non-verbal. Karenanya, sebagai coach kita perlu fokus dan komitmen diri pada awal sesi untuk hadir sepenuhnya selama coaching berlangsung.
2. Tunjukkan bahwa kita mendengarkan.
Bahasa tubuh dan respon kita dapat secara efektif menyampaikan pesan kepada lawan bicara kita bahwa kita memperhatikan setiap pesan yang disampaikan.
Contoh bahasa tubuh dan respon kecil yang menunjukkan bahwa seseorang mendengarkan secara aktif:
  • Respon singkat – ‘oh’ , ‘iya’, ‘hm…”
  • Anggukan kecil – tanda mengerti apa yang disampaikan
  • Raut wajah positif – senyum
  • Kontak mata – jaga kontak mata
  • Postur tubuh – condong ke arah rekan bicara kita dan hindari melipat tangan di depan dada
  • Gerakan tubuh – hindari menggoyangkan jari atau kaki
3. Menanggapi perasaan dengan tepat
Nada positif dan berikan afirmasi kepada apa yang disampaikan oleh rekan bicara kita. Fokus kepada masalah atau topik yang disampaikan.
Contoh: “Saya merasakan apa yang kamu alami saat ini.”, “Sepertinya kamu telah menangani masalahmu dengan cukup baik.”, “Saya kagum dengan usahamu.”

4. Parafrase
Ini digunakan ketika kita hendak menegaskan kembali makna pesan yang disampaikan dengan menggunakan kalimat kita sendiri.
Contoh:
Murid: “Saya kecewa orang tua saya tidak pernah mau mengurusi sekolah saya.”
Anda: “Jadi kamu merasa kecewa sama Bapak Ibumu karena mereka tidak acuh dan tidak mengurusi sekolah mu ya?”

5. Bertanya
Pendengar aktif akan mengajukan pertanyaan untuk mendorong lawan bicaranya menguraikan lebih lagi keyakinan atau perasaannya. Pada saat inilah diperlukan keterampilan bertanya sehingga mampu menggali lebih dalam potensi yang dimiliki oleh rekan bicara kita. Bagian ini akan kita bahas pada aspek komunikasi yang memberdayakan berikutnya.
Gambar 5. Menjadi Pendengar Aktif

C. Bertanya Efektif

Apa sulitnya ya bertanya? Tiap hari kita mengajukan pertanyaan, baik kepada orang lain di sekeliling kita dan kepada diri kita sendiri. Coba kita pikirkan bersama, mengapa keterampilan bertanya perlu untuk dipelajari?
Dalam melaksanakan coaching ketrampilan kunci yang diperlukan adalah mengajukan pertanyaan dengan tujuan tertentu. Pertanyaan yang diajukan seorang coach diharapkan menggugah orang yang coach tidak sekedar berupa respon pendek atau respon ya dan tidak. Pertanyaan seorang coach diharapkan ‘ dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan potensi diri.
Gambar 6. Pertanyaan

Mari kita simak video pada tautan berikut,


Selanjutnya, buatlah 2 contoh dari masing-masing jenis pertanyaan efektif berikut.

Pertanyaan 10 :
Selanjutnya, buatlah 2 contoh Pertanyaan terbuka

Jawaban saya :
Dua contoh pertanyaan terbuka adalah :
  1. Apa kendala yang kamu hadapi ketika mengerjakan tugas-tugas fisika selama ini ?
  2. Apa yang mendorong kami melakukan hal tersebut ?

Pertanyaan 11 :
Buatlah 2 contoh Pertanyaan yang berfokus pada tujuan

Jawaban saya :

2 contoh Pertanyaan yang berfokus pada tujuan adalah :
  1. Coba jelaskan Langkah apa yang sudah kamu lakukan untuk mengatasi kesulitan saat mengerjakan tugas-tugas fisika tersebut?
  2. Apa yang menjadi motivasi kamu melakukan tindakan ini?

Pertanyaan 12 :
Buatlah 2 contoh Pertanyaan refleksi

Jawaban saya :
2 contoh Pertanyaan refleksi adalah :
  1. Dari usaha-usaha yang sudah anda lakukan tersebut, apa yang dapat kamu lakukan agar tugas-tugas fisikamu dapat mencapai hasil yang optimal?
  2. Setelah melakukan diskusi ini hal apa yang kamu rasakan?

Pertanyaan 13 :
Buatlah 2 contoh Pertanyaan eksplorasi

Jawaban saya :
2 contoh Pertanyaan eksplorasi adalah :
  1. Berdasarkan alternatif penyelesaian soal fisika yang kamu sampaikan tadi, apa yang berbeda dari alternatif penyelesaian yang sudah ada sebelumnya?
  2. Apa yang akan terjadi jika kamu mimilih pilihan tersebut? apakah kamu sudah memperhitungkan hambatan dan tantangannya?

Pertanyaan 14 :
Buatlah 2 contoh Pertanyaan mengukur pemahaman

Jawaban saya :
2 contoh Pertanyaan mengukur pemahaman adalah :
  1. Dari hal yang kamu paparkan terkait alternatif pemecahan masalah tersebut, apakah yang akan menjadi tantangan selanjutnya bagi dirimu?
  2. Persepsimu terhadap lingkungan belajarmu saat ini seperti apa?

Pertanyaan 15 :
Buatlah 2 contoh Pertanyaan Aksi

Jawaban saya :
2 contoh Pertanyaan Aksi adalah :
  1. Apakah langkah selanjutnya yang akan kamu ambil jika kamu menghadapi kendala serupa dalam mengerjakan tugas-tugas fisika?
  2. Apa yang akan kamu lakukan untuk melaksankan rencana yang kamu rancang?

Setelah Anda memahami dan mempraktekan cara membuat pertanyaan yang efektif, kita juga perlu tahu beberapa bentuk pertanyaan yang sebaiknya kita hindari dalam proses coaching karena bentuk pertanyaan tersebut dapat menghambat keberhasilan coachee dalam proses coaching.

1. Pertanyaan tertutup

Jenis pertanyaan ini hanya akan membuat coachee menjawab dengan Ya dan Tidak, atau hanya berespon dengan 1 kata. Jika pertanyaan Coach seperti demikian maka pikiran coachee akan kurang atau bahkan tidak terstimulasi. Coachee akan mendapatkan hambatan dalam mengeksplorasi pilihan dan potensi mereka untuk bergerak maju dan membuat aksi.
JIka kita bertanya: “Apa kamu akan melanjutkan pendidikan ke universitas negeri?”, Murid kita akan cenderung menjawab ”Ya” atau hanya mengangguk.
Namun jika kita bertanya, “Apa yang sudah kamu rencanakan untuk studimu setelah lulus SMA?”, murid kita akan terstimulasi untuk memberikan jawaban yang terelaborasi.

2. Pertanyaan yang mengarahkan
Pertanyaan ini seperti menyiratkan jawaban yang kita harapkan keluar dari respon coachee. Kecenderungan seorang guru dalam bertanya adalah dengan memberikan arahan sehingga murid kita mampu menjawab sesuai yg diharapkan. Dalam menerapkan pendampingan dengan pendekatan coaching di sekolah, peran yang sedemikian harus kita tanggalkan.
Ingat bahwa dalam coaching, tugas coach adalah memfasilitasi coachee untuk mencapai tujuan yang dia inginkan, bukan yang coach inginkan.
Contoh pertanyaan mengarahkan: “Sepertinya kita perlu mendiskusikan jadwal pelaksanaan kegiatan sosial yang kamu rancang.”
Pertanyaan alternatif: “Dari kegiatan-kegiatan yang akan kita diskusikan saat ini, mana yang perlu kita bahas terlebih dahulu?”
Contoh lainnya: “Kamu tidak jadi mengambil kursus memasak kan?”
Pertanyaan alternatif: “Apa manfaat yang akan kamu dapat jika kamu mulai kursus memasak?”

D. Umpan Balik Positif

Umpan balik dalam coaching bertujuan untuk membangun potensi yang ada pada coachee dan menginspirasi mereka untuk berkarya. Coachee memaknai umpan balik yang disampaikan sebagai refleksi dan pengembangan diri. Secara khusus diberikan pada coachee ketika dalam process coaching, ada hal-hal yang tidak terduga muncul atau hasil dari coaching ini berbeda dari yang coachee pikirkan.
Dorongan positif diperlukan agar coachee meneruskan hasil coaching ini sampai pada tahap aksi. Bentuk umpan balik dapat disampaikan dalam beberapa cara dengan aspek-aspek berikut (Pramudianto, 2015):
1. Langsung diberikan saat komunikasi.
    Contoh: “Wah bagus ucapanmu yang baru saja kamu sampaikan.”

2. Spesifik – fokus pada apa yang dikatakan
Contoh: “Hal ini sepertinya belum diungkapkan sebelumnya. Ayo kita coba bicarakan hal ini lebih lagi. Ini dapat menjadi alternatif lain untukmu.”

3. Faktor emosi – mengikutsertakan emosi yang dirasakan
Contoh: “Ah.. saya ikut gembira mendengar pencapaian mu dalam kerja kelompok kemarin.” “Situasimu terdengar sulit. Mari perlahan kita bicarakan agar kamu bisa mendapatkan alternatif dari situasi ini.”

4. Apresiasi – menyertakan motivasi positif
Contoh: “Kamu bisa Nak. Kamu pasti bisa menjalankan komitmenmu. Kamu sudah berjalan sejauh ini, dengan perencanaan yang lebih baik, kamu dapat menyelesaikan tantangan ini.”

Coaching adalah sebuah kegiatan komunikasi pemberdayaan (empowerment) yang bertujuan membantu para coachee dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi agar hidupnya menjadi lebih efektif. Kemampuan berkomunikasi menjadi kunci dari proses coaching sebab pendekatan dan teknik yang dilakukan dalam coaching merupakan proses mendorong dari belakang sehingga coachee dapat menemukan jawaban dari apa yang dia temukan sendiri (Pramudianto, 2015), bukan dengan diarahkan atau digurui. Inilah yang menjadi keunikan coaching.


Demikian Eksplorasi Konsep - Komunikasi Yang Memberdayakan dan jawaban refreksi singkat yang saya buat berdasarkan hasil pemikiran saya, semoga bermanfaat.
Salam dan Bahagia.

Comments

Popular posts from this blog

Release Instaler dan Updater Aplikasi Rapor SP Versi 2023.F

Release Aplikasi Rapor SP - Rapor Kurikulum Merdeka Versi 2023

Panduan Lengkap Rapor SP Versi 2023

Aplikasi Gratis | Pemilihan Mata Pelajaran Pilihan untuk SMA Pelaksana Kurikulum Merdeka

Patch Rapor SP untuk Sertifikat UKK