2.3.a.4.1. Eksplorasi Konsep - Konsep Coaching Dalam Konteks Pendidikan


Seperti biasa, bagian kedua kegiatan pembelajaran pada alur MERRDEKA adalah Ekplorasi Konsep. Pada kegiatan Eksplorasi Konsep, CGP akan melakukan kegiatan mandiri untuk mempelajari materi melalui kegiatan membaca dan menjawab pertanyaan, dan diskusi asinkron untuk menguatkan pemahaman CGP terkait materi yang dipelajari.
Pada bagian pertama dari Ekplorasi Konsep di modul ini adalah belajar tentang Konsep Coaching Dalam Konteks Pendidikan.
Berikut ini adalah materi yang disajikan dalam Eksplorasi Konsep serta jawaban yang saya buat berdasarkan hasil ekplorasi konsep yang dilakukan dalam proses pembelajaran.

A. Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan

Pengertian Coaching

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,
Untuk mengawali proses memahami konsep coaching ini, mari kita simak ilustrasi berikut:

Pak Amir adalah seorang pengemudi kendaraan di Kota Tangerang. Saat ini, ia mengantarkan Pak Handoko ke tempat tujuannya. Ternyata jalanan macet dan Pak Handoko tampak panik mengingat acaranya yang akan segera dimulai. Pak Amir mengajak Pak Handoko berdiskusi dan berdialog untuk menentukan alternatif jalan yang pernah ditempuh sebelumnya. Pak Amir bertanya mengenai pengalaman yang dimiliki Pak Handoko terhadap pilihan2 jalan alternatif tersebut. Kemudian Pak Amir membantu Pak Handoko untuk melakukan analisis dari setiap jalan alternatif yang memungkinkan diambil agar bisa lebih cepat sampai ke tujuan. Dengan berbagai pertimbangan, Pak Handoko akhirnya memutuskan untuk memilih satu jalan yang ia yakini lebih cepat dan lancar. Ternyata keputusan yang diambil Pak Handoko tepat. Jalanan lancar, dan Pak Handoko sampai di tempat tujuan tepat waktu..

Ilustrasi tersebut memperlihatkan bahwa untuk sampai ke tujuan dibutuhkan tindakan (action), dan terjadi perubahan (change) tempat. Ketika dikaitkan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari, jika Pak Amir adalah seorang coach dan Pak Handoko adalah coachee, maka Pak Amir menolong dengan cara-cara tertentu, supaya Pak Handoko sampai ke sasaran yang dia inginkan. Dalam konteks ini, coaching adalah salah satu alat untuk menolong Pak Handoko. Pak Amir yang memerankan diri sebagai coach tidak serta merta mengajukan satu solusi yang harus diikuti coachee, melainkan menawarkan beberapa alternatif dan kemudian pak Handoko memutuskan sendiri sesuai dengan kondisinya. Selanjutnya, Pak Handoko lah yang membuat keputusan dengan cara yang diyakini dapat mencapai tujuannya.
Berangkat dari ilustrasi di atas, mari kita simak beberapa pengertian mengenai coaching. Para ahli mendefinisikan coaching sebagai:
  • sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999)
  • kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya (Whitmore, 2003)
Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan diatas pasti Anda dapat melihat ada elemen-elemen penting yang menjadikan sebuah proses itu disebut sebagai coaching. Untuk itu, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

Pertanyaan 1 :
Tuliskan prinsip-prinsip coaching yang dapat Anda ambil dari beberapa pengertian coaching yang telah disajikan!
Jawaban saya :
Prinsip-prinsip coaching :
  1. Terdapat kolaborasi antara coach dengan coachee. Dalam proses kolaborasi ini berfokus pada solusi. coach membuat pernyataan-pernyataan yang menggali permasalahan coachee sehingga muncul kesadaran dari diri coachee sendiri tanpa diajari oleh coach.
  2. Tejalin komunikasi dan coach berperan sebagai fasilitator. Sebagai fasilitator, coach menjadi pendengar yang cerdas serta menyimak untuk menangkap pesan yang disampaikan oleh coachee. Sangat penting bagi seorang coach menangkap kata-kata kunci saat mendengarkan dan menyimak curahan coachee.
    Pesan-pesan kunci ini selanjutnya dijadikan bahan untuk mengajukan pertanyaan selanjutnya yang menyadarkan diri coachee untuk mengadakan perubahan secara berkesadaran.
Pertanyaan 2 :
Sebagai guru, pernahkah Anda menerapkan prinsip-prinsip coaching tersebut di sekolah Anda? Jika jawaban Anda "ya", berilah contoh dan penjelasannya!

Jawaban saya :
ya..., saya pernah menerapkan prinsif-prinsif coaching tersebut disekolah.
Saat itu saya menghadapi beberapa orang siswa yang kebingungan menentukan jurusan/peminatan yang dipilih, karena peminatan dilakukan di kelas x bertepatan dengan proses PPDB. Dari angket yang disebarkan ke siswa, beberapa siswa menjawab "menyerahkan sepenuhnya peminatan yang dia pilih pada pihak sekolah" tanpa mengisi pilihan MIPA, IPS dan Bahasa.
Dalam situasi tersebut, saya mencoba mengajak siswa-siswa tersebut untuk berdiskusi dan anak tersebut mengungkapkan kebingungannya atas peminatan yang akan dipilih, dalam keadaan tersebut, saya mencoba memberikan gambaran terkait peminatan MIPA, IPS dan bahasa yang diselenggarakan disekolah. Saya juga mencoba memberikan gambaran terkait arah studi dan pekerjaan yang relevan dengan masing-masing peminatan, saya juga mengungkapkan persamaan dan perbedaan dari masing-masing peminatan tersebut.
Selanjutnya dengan berbekal penjelasan yang saya berikan, anak tersebut nampak sudah memiliki gambaran akan peminatan dan arah pendidikan lanjutan yang relevan dengan peminatan yang diambil.
Selanjutnya, saya mencoba menggali potensi yang dimiliki oleh siswa utamanya dari sisi akademik dan mendorong siswa untuk melakukan refleksi atas potensi yang dimilikinya, Saya juga menggali cita-cita, harapan kelanjutan studi setelah tamat SMA serta pekerjaan yang dia inginkan kelak. setelah siswa menyadari akan potensi akademik, cita-cita dan harapan masa depan yang diinginkan, selanjutnya saya mengajak anak tersebut untuk mengkaitkan harapan dan potensinya tersebut dengan bidang keahlian yang dipelajari di masing-masing peminatan. Dan pada akhirnya anak tersebut dapat menentukan pilihan peminatannya sendiri dengan kesadaran sendiri tanpa paksaan dari saya sebagai gurunya.

Selain definisi-definisi yang diungkapkan oleh para ahli yang telah disebutkan di atas, International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai:“…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.”
Dari definisi ini, Pramudianto (2020) menyampaikan tiga makna yaitu:
  1. Kemitraan. Hubungan coach dan coachee adalah hubungan kemitraan yang setara. Untuk membantu coachee mencapai tujuannya, seorang coach mendukung secara maksimal tanpa memperlihatkan otoritas yang lebih tinggi dari coachee.
  2. Memberdayakan. Proses inilah yang membedakan coaching dengan proses lainnya. Dalam hal ini, dengan sesi coaching yang ditekankan pada bertanya reflektif dan mendalam, seorang coach dapat menggali, memetakan situasinya sehingga menghasilkan pemikiran atau ide-ide baru.
  3. Optimalisasi. Selain menemukan jawaban sendiri, seorang coach akan berupaya memastikan jawaban yang didapat oleh coachee diterapkan dalam aksi nyata sehingga potensi coachee berkembang.
Menyelami makna-makna yang terkandung dalam definisi coaching membawa kita pada pertanyaan, “Apakah dengan demikian coaching ini bisa diterapkan di dunia pendidikan sehingga bisa mengoptimalkan sumber daya yang ada, baik guru maupun murid?” Apakah guru dapat berperan sebagai coach? Mari kita sama-sama membahas bagaimana coaching ini diterapkan dalam konteks sekolah dan bagaimanakah peran guru guru dalam menerapkan keterampilan coaching sebagai coach.

B. Coaching dalam Konteks Sekolah

Bapak /Ibu Calon Guru Penggerak,
Mari kita bersama-sama mempelajari coaching dalam konteks pendidikan. Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu ‘menuntun’ tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. oleh sebab itu keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Dalam proses coaching, murid diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya.
Dalam konteks pendidikan Indonesia saat ini, pendekatan coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’ kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah. Pendampingan dengan pendekatan Coaching menjadi proses yang sangat penting dilakukan di sekolah terutama dengan diluncurkannya program Merdeka Belajar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Program ini dapat membuat murid menjadi lebih merdeka dalam mengeksplorasi diri dan mengoptimalisasikan potensi guna mencapai tujuan pembelajaran. Harapannya, pendampingan murid melalui pendekatan coaching dapat menjadi salah satu langkah tepat bagi guru untuk membantu murid mencapai tujuannya yaitu kemerdekaan dalam belajar.
Sistem Among, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, menjadi semangat yang menguatkan keterampilan komunikasi guru dan murid dengan menggunakan pendekatan Coaching. Tut Wuri Handayani menjadi kekuatan dalam pendekatan proses Coaching. Sebagai seorang Guru dengan semangat Tut Wuri Handayani, maka perlulah kita menghayati dan memaknai cara berpikir atau mindset Ki Hajar Dewantara sebelum melakukan pendampingan dengan pendekatan coaching. Pendekatan komunikasi dengan proses coaching merupakan sebuah dialog antara guru dan murid yang terjadi secara emansipatif dalam sebuah ruang perjumpaan yang penuh kasih dan persaudaraan. Oleh sebab itu, empat (4) cara berpikir ini dapat melatih guru dalam menciptakan semangat Tut Wuri Handayani dalam setiap perjumpaan pada setiap proses komunikasi dan pembelajaran.
Masih terkait dengan kemerdekaan belajar, proses coaching juga merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif dalam dapat membuat murid melakukan metakognisi. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga membuat murid lebih berpikir secara kritis dan mendalam. Yang akhirnya, murid dapat menemukan potensi dan mengembangkannya.
Murid kita di sekolah tentunya memiliki potensi yang berbeda-beda dan menunggu untuk dikembangkan. Pengembangan potensi inilah yang menjadi tugas seorang guru. Apakah pengembangan diri anak ini cepat, perlahan-lahan atau bahkan berhenti adalah tanggung jawab seorang guru. Pengembangan diri anak dapat dimaksimalkan dengan proses coaching.
Coaching, sebagaimana telah dijelaskan pengertiannya dari awal memiliki peran yang sangat penting karena dapat digunakan untuk menggali potensi murid sekaligus mengembangkannya dengan berbagai strategi yang disepakati bersama. Proses coaching yang berhasil akan memotivasi para murid untuk menjadi lebih baik karena mereka merasakan potensi mereka tergali dan berkembang seiring dengan proses dan hasil dari coaching yang mereka telah lakukan.
Mengingat pentingnya proses coaching ini sebagai alat untuk memaksimalkan potensi murid, guru hendaknya memiliki keterampilan coaching. Keterampilan coaching ini sangat erat kaitannya dengan keterampilan berkomunikasi. Berkomunikasi seperti apakah yang perlu seorang coach miliki akan dibahas pada bagian selanjutnya dalam modul coaching ini.

Tentunya, sebagai guru, Anda sudah memiliki keterampilan-keterampilan berkomunikasi yang menjadi dasar dari keterampilan coaching. Mari kita lakukan refleksi mengenai hal tersebut dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

Pertanyaan 3 :
Keterampilan berkomunikasi yang bagaimanakah yang sudah Anda kuasai?
Jawaban saya :
Keterampilan berkomunikasi yang sudah saya kuasai adalah :
  • keterampilan berkomunikasi dalam membangun hubungan baik antar warga sekolah
  • keterampilan berkomunikasi untuk memfasilitasi pembelajaran
Pertanyaan 4 :
Keterampilan manakah yang perlu Anda asah agar dapat menjalankan coaching dengan baik?
Jawaban saya :
Keterampilan yang perlu saya asah agar dapat menjalankan coaching dengan baik adalah
  1. keterampilan membangun dasar proses coaching,
  2. keterampilan membangun hubungan baik,
  3. keterampilan berkomunikasi,
  4. keterampilan memfasilitasi pembelajaran. 
Hampir semua keterampilan tersebut perlu diasah agar saya dapat melakukan proses coaching dengan baik dan dapat memperoleh hasil secara maksimal sesuai dengan yang diharapkan. Kenyataanya selama ini, proses coaching yang saya lakukan lebih didasari atas rasa empati dan kepedulian serta belum menyentuh seluruh aspek permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Untuk mencapai kesempurnaan terkait proses coaching kita perlu belajar dan terus belajar secara mandiri dan berkolaborasi terutama ketika mengalami kendala.

Sampai disini, apakah konsep coaching sudah dapat dipahami?
Mari kita pertajam pemahaman tentang konsep coaching dengan menyimak video pada tautan ini dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai video tersebut.
Simaklah video animasi mengenai konsep coaching berikut dan jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:


Pertanyaan 5 :
Bagaimana cara burung hantu membantu sang kancil menyeberang sungai?
Jawaban saya :
Yang dilakukan oleh burung hantu adalah melaksanakan peran sebagai coach bagi kancil. Langkah awal yang dilakukan adalah mengajak berkomunikasi dan menanyakan permasalahan yang sedang dialami kancil. Kemudian mengajukan pertanyaan reflektif yang membangkitkan kesadaran akan jati diri dan potensi apa yang dimiliki oleh kancil. Melalui pertanyaan reflektif yang diajukan oleh burung hantu pada kancil, akhirnya kancil tersadarkan atas potensi dirinya yang tidak harus mencontoh/mengikuti makluk lain, kancil akhirnya dapat memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya dan menemukan solusi sendiri untuk dapat menyebrangi sungai.

Pertanyaan 6 :
Bagaimana cara burung hantu menanggapi pernyataan sang kancil tentang ketidak mampuannya?
Jawaban saya :
Cara burung hantu menanggapi pernyataan sang kancil tentang ketidak mampuannya adalah dengan meyakinkan dulu apakah benar kancil ingin melewati sungai itu. Menanyakan usaha-usaha apa saja yang telah dilakukan. Burung hantu mencoba mendengarkan dan menemukan pesan atau kata-kata kunci yang akan dijadikan pertanyaan lanjutan untuk menggali informasi dan menyadarkan sang kancil terhadap usahanya yang telah dilakukan dan apakah usahanya itu cocok dengan dirinya ataukah tidak.
Menyadarkan akan siapa dirinya dan kemampuan apa yang dimiliki kancil tersebut, serta menyadarkan kancil untuk mencoba menerapkan kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalahnya yaitu menyeberangi sungai.

Pertanyaan 7 :
Pertanyaan-pertanyaan seperti apakah yang diajukan oleh burung hantu untuk membantu sang kancil?
Jawaban saya :
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh burung hantu untuk membantu sang kancil merupakan pertanyaan-pertanyaan reflektif atau pertanyaan-pertanyaan yang membangkitkan kesadaran terhadap sang kancil. Pertanyaan yang muncul dari medengarkan curahan permasalahan sang kancil. pertanyaan terbuka yang membantu sang kancil untuk memperhatikan siapa diriya., dan pertanyaan yang menstimulus kancil untuk menemukan ide menyelesaikan masalahnya yaitu menyebrangi sungai kecil tersebut. berikut pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Burung Hantu kepada kancil:
  • bagaimana aku bisa membantumu?
  • pertanyaan penguatan yaitu: kamu pingin menyebrangi sungai yang kecil ini ?
  • usaha apa yang pernah kamu dilakukan ?
  • menggali terus usaha lain yang pernah dilakukan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan lanjutan apakah usaha yang telah dilakukan tersebut sudah benar atau belum.
    dilanjutkan pertanyaan yang menyadarkan akan jati dirinya sebagai kancil
  • pertanyaan yang menyadarkan akan potensi apa yang dimiliki kancil untuk menyebrangi sungai.
  • pertanyaan yang mendorong kancil untuk mencoba menyebrangi sungai dengan potensi atau cara yang sesuai dengan jati dirinya.
Pertanyaan 8 :
Jika Anda menjadi sang kancil, apa yang Anda rasakan ketika dibantu dengan cara demikian?
Jawaban saya :
Jika saya sebagai kancil yang mendapat bantuan dari burung hantu tentunya akan sangat senang, bahagia dan berterima kasih karena bantuan yang diberikan oleh burung hantu telah menyadarkan diri saya (sebagai kancil) akan potensi yang saya miliki untuk dapat digunakan secara optimal dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi tanpa harus menjadi/meniru orang lain.

Pertanyaan 9 :
Jika Anda adalah sang burung hantu dan kancil adalah murid Anda, apakah Anda cukup sabar? Mengapa?
Jawaban saya :
Ya, jika saya menjadi burung hantu, saya sebagai seorang coach dan kancil sebagai murid, maka saya akan belajar dan berusaha untuk bersabar. Sikap sabar sangat penting untuk dapat menggali potensi dan jati diri murid. Dalam video tersebut hanya dihadapkan dengan satu permasalahan dan satu murid. Mengikuti alur pikir murid untuk menggali segala potensi yang dimiliki murid sangat diperlukan oleh seorang guru. Jika satu murid menjadi sadar maka perubahan tidak memerlukan lagi paksaan tetapi perubahan dilakukan secara sadar sebagai buah dari proses kesabaran guru untuk menjadi coach.

Terima kasih telah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disajikan. Setelah menyimak video tersebut, mari kita mendalami ARTI sebagai paradigma pendampingan sistem among.

Paradigma Pendampingan Coaching Sistem Among - ARTI

Sistem Among (Tut Wuri Handayani) menjadi salah satu kekuatan dalam pendekatan pendampingan (coaching) bagi guru. Tut Wuri (mengikuti, mendampingi) mempunyai makna mengikuti/mendampingi perkembangan murid dengan penuh (holistik) berdasarkan cinta kasih tanpa pamrih, tanpa keinginan menguasai dan memaksa. Handayani (mempengaruhi) mempunyai makna merangsang, memupuk, membimbing dan memberi teladan agar murid mengembangkan pribadinya melalui disiplin pribadi. Among merupakan bahasa Jawa yang memiliki arti mengasuh, mengikuti, mendampingi. Guru (Pamong/Pedagog) adalah seorang memiliki cinta kasih dalam membimbing murid sesuai dengan kekuatan kodratnya. Guru sejatinya bebas dari segala ikatan/belenggu untuk menguasai dan memaksa murid. Sistem Among dapat disebut juga sebagai upaya memanusiakan sang anak sebagai seorang manusia (humanisasi).
Menilik kembali filosofi Ki Hajar Dewantara tentang peran utama guru (Pamong/Pedagog), maka memahami pendekatan Coaching menjadi selaras dengan Sistem Among sebagai salah satu pendekatan yang memiliki kekuatan untuk menuntun kekuatan kodrat anak (murid). Pendampingan yang dihayati dan dimaknai secara utuh oleh seorang guru, sejatinya menciptakan ARTI (Apresiasi-Rencana-Tulus-Inkuiri) dalam proses menuntun kekuatan kodrat anak (murid sebagai coachee). ARTI sebagai prinsip yang harus dipegang ketika melakukan pendampingan kepada murid. Proses menciptakan ARTI dapat dilatih melalui pendekatan coaching sistem among dengan menggunakan metode TIRTA yang akan dibahas pada bab berikutnya.

C. Coaching, Konseling, dan Mentoring

Sebagai guru, Anda diharapkan menjadi pemimpin pembelajaran. Sebagai pemimpin pembelajaran, Anda tentunya harus memainkan banyak peran. Terkadang, untuk menghadapi murid, Anda harus menjadi seorang konselor. Suatu saat Anda juga diharapkan menjadi mentor. Selain itu, terkadang Anda juga harus menjadi seorang coach.
Tentunya, sebagai guru, Anda selalu menjadi mentor bagi murid Anda dengan menyampaikan pengalaman yang Anda miliki. Anda juga melakukan konseling dengan murid Anda ketika mereka datang dengan permasalahan mereka. Nah, ketika Anda harus menghadapi murid dengan berbagai potensinya dan Anda berupaya untuk memaksimalkan potensi tersebut, Anda seyogyanya berperan sebagai seorang coach. Mengapa Anda harus berperan sebagai coach? Mari kita lihat ketiga metode pengembangan diri tersebut?
Untuk memahami perbedaan peran antara konselor, mentor, dan coach tersebut, mari kita simak video berikut ini, dan jawablah pertanyaan-pertanyaan mengenai video tersebut.


Pertanyaan 10 :
Apa yang seorang konselor lakukan untuk membantu seseorang yang bermasalah dalam mengemudi mobil?
Jawaban saya :
yang dilakukan oleh konselor untuk membantu seseorang yang bermasalah dalam mengemudi mobil adalah dengan menggali masalah-masalah yang dialami oleh client dimasa lalu, kemudian konselor membantu untuk penyelesaian masalah yang dihadapi oleh klien.

Pertanyaan 11 :
Apa yang seorang mentor lakukan untuk membantu seseorang yang bermasalah dalam mengemudi mobil?
Jawaban saya :
yang dilakukan oleh mentor untuk membantu seseorang yang bermasalah dalam mengemudi mobil adalah dengan berbagi pengalaman dan memberikan tips-tips kepada mentee terkait bagaimana cara menyelesaikan permasalahan mengemudi yang aman dan santai seperti membawa surat kendaraan/SIM, mengecek lokasi yang dituju.

Pertanyaan 12 :
Apa yang seorang coach lakukan untuk membantu seseorang yang bermasalah dalam mengemudi mobil?
Jawaban saya :
yang dilakukan oleh coach untuk membantu seseorang yang bermasalah dalam mengemudi mobil adalah dengan mengajukan pertanyaan reflektif dan mengarahkan coachee untuk menggali kemampuan apa saja yang dimiliki dan memaksimalkan kemampuannya tersebut untuk menyelesaikan sendiri permasalahan yang dihadapinya dalam mengemudi.

Perbedaan Coaching, Mentoring, dan Konseling

Agar semakin memahami perbedaan antara mentoring, konseling, dan coaching, mari kita pelajari pengertian mentoring dan konseling berikut ini:
1. Definisi mentoring
Stone (2002) mendefinisikan mentoring sebagai suatu proses dimana seorang teman, guru, pelindung, atau pembimbing yang bijak dan penolong menggunakan pengalamannya untuk membantu seseorang dalam mengatasi kesulitan dan mencegah bahaya. Sedangkan Zachary (2002) menjelaskan bahwa mentoring memindahkan pengetahuan tentang banyak hal, memfasilitasi perkembangan, mendorong pilihan yang bijak dan membantu mentee untuk membuat perubahan.
2. Definisi konseling 
Gibson dan Mitchell (2003) menyatakan bahwa konseling adalah hubungan bantuan antara konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Sementara itu, Rogers (1942) dalam Hendrarno, dkk (2003:24), menyatakan bahwa konseling merupakan rangkaianrangkaian kontak atau hubungan secara langsung dengan individu yang tujuannya memberikan bantuan dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.

Jika Anda memperhatikan definisi-definisi mengenai mentoring dan konseling, kemudian membandingkannya dengan coaching, maka Anda dapat melihat perbedaan-perbedaan di antara ketiga metode pengembangan diri tersebut. Untuk lebih mudahnya, mari kita lihat tabel perbedaan antara coaching, mentoring, dan konseling berikut ini:
Dari Tabel 1, kita dapat melihat perbedaan-perbedaan antara coaching, mentoring dan konseling. Perbedaan-perbedaan tersebut dilihat dari sisi tujuan dan hubungan.


Demikian Eksplorasi Konsep - Konsep Coaching Dalam Konteks Pendidikan dan jawaban refreksi singkat yang saya buat berdasarkan hasil pemikiran saya, semoga bermanfaat.
Salam dan Bahagia.

Comments

Popular posts from this blog

Release Instaler dan Updater Aplikasi Rapor SP Versi 2023.F

Release Aplikasi Rapor SP - Rapor Kurikulum Merdeka Versi 2023

Panduan Lengkap Rapor SP Versi 2023

Aplikasi Gratis | Pemilihan Mata Pelajaran Pilihan untuk SMA Pelaksana Kurikulum Merdeka

Patch Rapor SP untuk Sertifikat UKK