2.2.a.9. Koneksi Antar Materi - Pembelajaran Sosial dan Emosional

Menurut Ki Hadjar Dewantara (KHD), Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Peran Pendidik diibaratkan seorang Petani atau tukang kebun yang tugasnya adalah merawat sesuai kebutuhan dari tanaman-tanamannya itu agar tumbuh dan berbuah dengan baik, tentu saja beda jenis tanaman beda perlakuanya. Sebagai seorang guru, kita harus jeli dalam melihat keberagaman kebutuhan siswa, ada yang lambat, sedang, dan cepat. Ada yang suka agama, sains, seni, olahraga, dan sebagainya. Ada yang suka belajar dengan cepat melalui penglihatan, pendengaran, atau kinestetik. Semua harus kita akomodir dalam proses pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan belajar murid yang beragam tersebut adalah dengan pembelajaran berdiferensiasi.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang di dalamnya terdapat serangkaian kegiatan yang disusun secara sistematis oleh guru agar mampu mengakomodir kebutuhan belajar murid yang beragam di dalam kelas atau lingkungan sekolah. Dalam hal ini, bukan berarti bahwa guru harus dapat memenuhi kebutuhan semua individu setiap saat dan setiap waktu. Namun, guru diharapkan dapat menggunakan berbagai pendekatan belajar sehingga sebagian besar murid menemukan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Untuk dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, hal yang harus dilakukan oleh guru adalah melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tiga aspek, yaitu Kesiapan Belajar Murid (Readiness), Minat Belajar Murid dan Profil Belajar Murid.

Dalam implementasi Pembelajaran berdiferensiasi, Pembelajaran dapat dirancang dengan strategi diferensiasi konten, diferensiasi proses maupun diferensiasi produk yang dibuat berdasarkan hasil pemetaan murid berdasarkan kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid.

Pendidikan bukan hanya proses untuk memperoleh ilmu pengetahuan namun bagaimana seorang guru dapat menuntun anak menemukan kodrat jati diri, karakter dan budi pekerti. Untuk dapat menumbuhkan hal ini anak-anak harus di latih dengan berbagai kegiatan, mereka terbiasa melakukan ketrampilan-ketrampilan yang mereka butuhkan agar dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan menemukan solusi untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi, dan tentu saja proses ini akan mengajarkan mereka menjadi pribadi-pribadi yang bijaksana dan berbudi pekerti luhur. Pembelajaran Sosial Emosional adalah pembelajaran berbasis keterampilan dalam mendidik yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah dan memiliki kemampuan memecahkan masalah.

Sebagai seorang guru, kita juga sering dihadapkan dengan beragam masalah, baik itu masalah dari murid, rekan kerja, orang tua, atasan, atau pun masalah yang timbul dari banyaknya tuntutan pekerjaan yang membuat guru menjadi tertekan. Keadaan seperti ini tentunya akan mengganggu proses pembelajaran di kelas. Kontrol emosi menjadi tidak stabil. Oleh karena itu, berkesadaran penuh (mindfulness) menjadi sesuatu yang harus dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Dalam berkesadaran penuh, seorang guru dapat mengelola konflik, mengelola stress, mengetahui cara berinteraksi dengan orang lain, mengetahui cara untuk memahami diri sendiri, merasakan dan mengenali pikiran, perasaan dan lingkungannya. Dengan memahami emosi diri maka akan membantu kita untuk dapat merespon terhadap kondisi yang sedang dialami secara tepat, merespon secara lebih baik. Hal ini tidak hanya akan berdampak pada wellbeing diri tetapi dapat juga membantu menjadi role model bagi murid-muridnya.

Dalam proses pembelajaran hendaknya guru juga memasukan pembelajaran sosial-emosional. Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE) adalah hal yang sangat penting. Pembelajaran Sosial Emosional adalah pembelajaran berbasis keterampilan dalam mendidik yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah dan memiliki kemampuan memecahkan masalah. Guru mendidik hati dan jiwa murid untuk menjadi lebih baik dan nyaman dalam menerima pembelajaran yang diberikan guru, serta merasa terlindungi oleh guru dalam lingkungan pembelajaran maupun lingkungan sekolah.

Penerapan Pembelajaran Sosial Emosional penting diberikan kepada anak didik agar mereka mampu bertahan dan sekaligus dapat mengatasi setiap permasalahan sosial emosional yang dialaminya. Pembelajaran ini dapat dilakukan dengan cara latihan berkesadaran penuh (mindfulness). Salah satu latihan diri yang dapat digunakan adalah dengan teknik STOP, yaitu:

  • Stop/ Berhenti. Hentikan apapun yang sedang dilakukan.
  • Take a deep Breath/ Tarik napas dalam. Sadari napas masuk, sadari napas keluar. Rasakan udara segar yang masuk melalui hidung. Rasakan udara hangat yang keluar dari lubang hidung. Lakukan 2-3 kali. Napas masuk, napas keluar.
  • Observe/ Amati. Amati apa yang Anda rasakan pada tubuh Anda? Amati perut yang mengembang sebelum membuang napas. Amati perut yang mengempes saat Anda membuang napas. Amati pilihan-pilihan yang dapat Anda lakukan.
  • Proceed/ Lanjutkan. Latihan selesai. Silahkan lanjutkan kembali aktivitas Anda dengan perasaan yang lebih tenang, pikiran yang lebih jernih, dan sikap yang lebih positif.
Dalam menumbuhkan dan mengembangkan pembelajaran sosial emosional tersebut, terdapat 5 Kompetensi sosial emosional yang dapat dikembangkan diantaranya :
  1. Kesadaran Diri – Pengenalan Emosi
  2. Pengelolaan Diri – Mengelola Emosi dan Fokus
  3. Kesadaran Sosial – Keterampilan Berempati
  4. Keterampilan Relasi – Kerjasama dan Resolusi Konflik

Bagaimana Penerapan Pembelajaran Sosial-Emosional disekolah ?

Pembelajaran sosial emosional ini dapat diberikan dalam tiga ruang lingkup:
  1. Rutin yakni pada kondisi yang sudah ditentukan di luar waktu belajar kademik, misalnya: kegiatan lingkaran pagi atau kegiatan membaca setelah makan siang
  2. Berintegrasi dalam mata pelajaran. Misalnya melakukan refleksi setelah menyelesaikan sebuah topik pembelajaran , membuat diskusi kasus atau kerja kelompok untuk memecahkan masalah, dan lain-lain.
  3. Protokol. Kegiatan ini menjadi budaya atau aturan sekolah yang sudah menjadi kesepakatan bersama dan diterapkan secara mandiri oleh murid dan sebagai kebijakan sekolah untuk merespon situasi atau kejadian tertentu. Misalnya, menyelesaiakan konflik yang terjadi dengan membicarakannya tanpa kekerasan, mendengarkan orang lain yangsedang berbicara, dan lain-lain.
Implementasi Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) dapat dilakukan dengan 4 cara:
  1. Mengajarkan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) secara spesifik dan eksplisit
  2. Mengintegrasikan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) ke dalam praktik mengajar guru dan gaya interaksi dengan murid
  3. Mengubah kebijakan dan ekspektasi sekolah terhadap murid
  4. Mempengaruhi pola pikir murid tentang persepsi diri, orang lain dan lingkungan.

Berikut ini adalah beberapa contoh teknik yang dapat dilakukan untuk menumbuhkembagkan kompetensi sosial dan emosianal :
  1. Bernafas dengan kesadaran penuh
  2. Identifikasi perasaan
  3. Melukis dengan jari
  4. Membuat jurnal diri
  5. Membuat puisi akrostik (puisi yang awal kalimat atau kata-katanya ditulis berdasrkan huruf-huruf dari judul puisi tersebut).
  6. Membuat kolase diri
  7. Memeriksa perasaan diri
  8. Menuliskan ucapan terima kasih
  9. Mengidentifikasi emosi
  10. Mindful eating
  11. Cari teman baru
  12. Mengenali situasi menantang
  13. Latihan menyadari kondisi tubuh (body scanning)
  14. Kegiatan menulis surat
  15. Kegiatan role play komunikasi aktif
  16. Kegiatan menulis pengalaman bekerja sama dalam kelompok
Pembelajaran Sosial dan Emosional ini tidak bisa berdiri sendiri, karena harus dapat menampung semua karakteristik, potensi, hambatan, gaya belajar dan kebutuhan anak yang berbeda-beda, maka dari itu pembelajaran berdiferensiasi sangat cocok diintegrasikan dengan Pembelajaran Sosial dan Emosional. Dengan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru mampu memetakan pembelajaran berdasarkan kebutuhan individu murid yang berbeda-beda berdasarkan kodrat alam dan zamannya. Untuk menciptakan pembelajaran berdiferensiasi yang baik di kelas juga dibutuhkan kecerdasan sosial dan emosional baik untuk para guru ataupun untuk para murid. Pembelajaran sosial dan emosional harus di isi di sela-sela rancangan pembelajaran yang sudah kita buat. Pembelajaran sosial dan emosional untuk para murid mengandung pengertian bahwa pembelajaran yang berisi keterampilan yang dibutuhkan murid untuk dapat bertahan dalam masalah, sekaligus memiliki kemampuan memecahkannya juga untuk mengajarkan mereka menjadi manusia yang baik.

Dari pembelajaran Berdiferensiasi dan Pembelajaran Sosial dan Emosional diharapkan dapat mengembangkan sikap, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diperlukan untuk memperoleh kompetensi social dan emosional sebagai modal anak dalam berinteraksi dengan dirinya, orang lain dan lingkungan sekitar. Untuk dapat mengembangkan kompetensi sosial dan emosional murid secara optimal, seorang guru harus menjalankan peran serta memiliki nilai kemandirian, reflektif dan kolaboratif dan inovatif serta berpihak pada murid. Mengoptimalkan kekuatan dan potensi untuk menerapkan Budaya Positif disekolah merupakan strategi efektif dalam membentuk nilai-nilai karakter anak. Jika Pembelajaran sosial dan emosional ini menjadi budaya positif di sekolah maka akan lebih mudah diterapkan karena menjadi sebuah budaya yang menjadi komitmen bersama dalam membangun generasi bangsa cerdas dan berkarakter mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Comments

Popular posts from this blog

Release Instaler dan Updater Aplikasi Rapor SP Versi 2023.F

Release Aplikasi Rapor SP - Rapor Kurikulum Merdeka Versi 2023

Panduan Lengkap Rapor SP Versi 2023

Patch Rapor SP untuk Sertifikat UKK

Aplikasi Gratis | Pemilihan Mata Pelajaran Pilihan untuk SMA Pelaksana Kurikulum Merdeka