1.4.a.9. Koneksi Antar Materi - Budaya Positif

KONEKSI ANTAR MATERI
DAN
RANCANGAN AKSI NYATA BUDAYA POSITIF



KONEKSI ANTAR MATERI

Menurut Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan adalah pembudayaan buah budi manusia yang beradab dan buah perjuangan manusia terhadap dua kekuatan yang selalu mengelilingi hidup manusia yaitu kodrat alam dan zaman atau masyarakat. Dengan demikian, pendidikan itu sifatnya hakiki bagi manusia sepanjang peradabannya seiring perubahan jaman dan berkaitan dengan usaha manusia untuk memerdekakan batin dan lahir sehingga manusia tidak tergantung kepada orang lain akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri. Oleh karena itu, kemerdekaan menjadi isu kritis dalam Pendidikan karena menyangkut usaha untuk memerdekakan hidup lahir dan hidup batin manusia agar manusia lebih menyadari kewajiban dan haknya sebagai bagian dari masyarakat sehingga tidak tergantung kepada orang lain dan bisa bersandar atas kekuatan sendiri.

Semangat agar anak bisa bebas belajar, berpikir, agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan berdasarkan kesusilaan manusia ini yang akhirnya menjadi tema besar kebijakan pendidikan Indonesia saat ini yaitu Merdeka Belajar untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Pelajar Pancasila disini berarti pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan memiliki karakter sesuai nilai-nilai Pancasila yaitu 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 3) Berkebinekaan global; 4) Bernalar kritis; dan 6) Kreatif.

Guna dapat menumbuhkan karakter baik pada diri anak sehingga terwujudnya profil pelajar pancasila, seorang guru harus mampu melaksanakan peran guru penggerak, meliputi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, dan mewujudkan kepemimpinan murid.

Guru penggerak harus mampu menjadi agen perubahan dari dirinya sendiri terlebih dahulu, yaitu dengan mulai menanamkan nilai-nilai guru penggerak diantaranya mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai guru penggerak ini berfungsi sebagai standar bagi guru dalam mengambil ke posisi khusus dalam suatu masalah, menggunakannya sebagai bahan evaluasi dalam mengambil keputusan, berfungsi sebagai motivasi dalam mengarahkan tingkah laku guru penggerak dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai agen perubahan, sorang guru penggerak harus bisa mengambil tindakan secara inisiatif untuk melakukan perubahan pada siswa yang diajarnya. Perubahan yang dimaksud harus juga seiring dengan tujuan pendidikan nasional saat ini yaitu mewujudkan siswa yang berprofil pancasila melalui proses pembelajaran yang merdeka (merdeka belajar) sesuai dengan filosofi pendidikan KHD. Dalam mewujudkan hal tersebut, seorang guru penggerak diharapkan mampu merumuskan murid dimasa depan seiring dengan tujuan pendidikan nasional serta menjadikannya sebagai visi untuk selanjutkan diwujudkan dalam kegiatan aksi nyata.

Dalam mewujudkan visi, seorang guru penggerak tentunya harus mampu menjalankan perannya sebagai guru penggerak dan juga nilai-nilai guru penggerak sebagaimana telah dibahas sebelumnya. Selain itu, Visi guru penggerak akan dapat terwujud apabila visi yang dimiliki oleh guru penggerak itu terukur konkrit dapat direncanakan dan juga dilaksanakan secara sistematis.

Untuk mencapai hal tersebut guru penggerak dapat menerapkan suatu pendekatan yang disebut dengan inkuiri apresiatif. Inkuiri apresiatif adalah suatu pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan, artinya perubahan yang diinginkan oleh suatu organisasi seperti sekolah atau perusahaan yang dilakukan secara bersama-sama secara kolektif oleh elemen-elemen yang ada di dalamnya dan berbasis pada kekuatan yang telah dimiliki oleh organisasi atau perusahaan tersebut. Inkuiri Apresiatif berusaha fokus pada kekuatan yang dimiliki setiap anggota dan menyatukannya untuk menghasilkan kekuatan tertinggi. Pendekatan Inkuiri Apresiatif dimulai dengan mengidentifikasi hal baik apa yang ada, mencari cara agar hal tersebut dipertahankan, lalu memunculkan strategi untuk mewujudkan perubahan ke arah lebih baik.

Tahapan utama dalam pendekatan Inkuiri Apresiatif adalah BAGJA yaitu Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabaran Rencana, Atur Eksekusi.

Untuk dapat terlaksananya visi dengan baik utamanya dalam mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar pancasila, tentunya sekolah harus mampu menjadi taman yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman serta suasana yang kondusif bagi warga sekolah. Guna mewujudkan hal tersebut, sekolah harus mampu menumbuhkan budaya positif. Budaya positif adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab.

Tujuan membangun budaya positif di sekolah adalah menumbuhkan karakter anak. Adapun karakter yang diharapkan menjadi manusia dan anggota masyarakat untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan seperti tujuan pendidikan nasional kita adalah seperti yang tercantum dalam profil pelajar pancasila.

Sekolah sebagai sebagai sebuah institusi pembentuk karakter dapat menerapkan budaya positif seperti, menentukan posisi kontrol guru yang sesuai dengan kebutuhan murid, melakukan kesepakatan kelas dan penerapan disiplin positif di kelas.

Disiplin Positif adalah sebuah pendekatan yang dirancang untuk mengembangkan murid untuk menjadi pribadi dan anggota dari komunitas yang bertanggung jawab, penuh hormat, dan kritis. Disiplin positif mengajarkan keterampilan sosial dan kehidupan yang penting dengan cara yang sangat menghormati dan membesarkan hati, tidak hanya bagi murid tetapi juga bagi orang dewasa (termasuk orangtua, guru dan lainnya).

Disiplin positif bertujuan untuk bekerja sama dengan siswa dan tidak menentang mereka. Penekanannya adalah membangun kekuatan peserta didik daripada mengkritik kelemahan mereka dan menggunakan penguatan positif (positive reinforcement) untuk mempromosikan perilaku yang baik. Hal ini melibatkan memberikan siswa-siswi pedoman yang jelas untuk perilaku apa yang dapat diterima dan kemudian mendukung mereka ketika mereka belajar untuk mematuhi pedoman ini. Pendekatan ini secara aktif mempromosikan partisipasi anak dan penyelesaian masalah dan di saat yang bersamaan juga mendorong orang dewasa, dalam hal ini yaitu pendidik, untuk menjadi panutan positif bagi anak-anak muda dalam perjalanan tumbuh kembang mereka. Oleh karena itu diperlukan guru yang mampu sebagai manager dalam menerapkan budaya positif disekolah. Budaya positif dikelas bisa dikembangkan dengan dimulai dari membuat kesepakatan kelas.


REFLEKSI BUDAYA POSITIF

Penanaman budaya positif sangat penting untuk menumbuhkan nilai karakter anak didik. Melalui disiplin positif, anak didik dimotivasi untuk menjadi pribadi yang mereka inginkan dan menghargai diri mereka sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Untuk menanamkan disiplin positif pada anak didik, haruslah dimulai dari contoh teladan yang diberikan oleh para pendidik. Penanaman disiplin positif dapat difasilitasi dengan pembentukan dan menyepakati keyakinan kelas dengan para pendidik mengambil posisi kontrol tertentu dengan maksud untuk memfasilitasi siswa melakukan proses segitiga restitusi dalam mencari solusi dari setiap permasalahan yang anak didik hadapi dalam memenuhi kelima kebutuhan dasarnya.


RANCANGAN AKSI NYATA



Membangun Kesepakatan Kelas untuk Menumbuhkan Disiplin Positif Siswa dalam Pembelajaran.

Latar Belakang

Budaya positif adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Budaya positif adalah salah satu ciri dari sekolah yang menanamkan karakter pada anak.

Salah satu bentuk budaya positif yang dikembangkan di sekolah adalah menerapkan Disiplin Positif. Disiplin Positif adalah sebuah pendekatan yang dirancang untuk mengembangkan murid untuk menjadi pribadi dan anggota dari komunitas yang bertanggung jawab, penuh hormat, dan kritis. Disiplin positif mengajarkan keterampilan sosial dan kehidupan yang penting dengan cara yang sangat menghormati dan membesarkan hati, tidak hanya bagi murid tetapi juga bagi orang dewasa (termasuk orangtua, guru dan lainnya). Disiplin positif bertujuan untuk bekerja sama dengan siswa dan tidak menentang mereka. Penekanannya adalah membangun kekuatan peserta didik daripada mengkritik kelemahan mereka dan menggunakan penguatan positif untuk mempromosikan perilaku yang baik.

Dalam penerapan disiplin positif, ada banyak faktor yang mempengaruhi siswa melakukan hal tersebut, karena pada dasarnya manusia memiliki Motivasi Perilaku Manusia. Menurut Diane Gossen 3 alasan motivasi perilaku manusia, yaitu :
  1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman
  2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain.
  3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya
Langkah awal yang dilakukan untuk menciptakan disiplin positif sebagai bagian dari budaya positif adalah dengan membuat kesepakatan kelas, dimana kesepakatan kelas ini berisi aturan-aturan yang membantu guru dan siswa bekerja sama dalam membentuk kegiatan pembelajaran yang efektif. Kesepakatan kelas bukan hanya berisi harapan guru terhadap siswa, tetapi juga harapan siswa kepada guru dan terhadap kelasnya sehingga kesepakatan kelas harus dirancang bersama antara guru dan siswa. Kesepakatan kelas harus disusun dengan jelas sehingga mudah dipahami, menggunakan kalimat positif, dan dikembangkan secara berkala.

Tujuan

Adapun tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut:
  • Menciptakan suasana kelas yang yang saling berinteraksi antara guru dan murid, dengan memberikan siswa ruang untuk mengekspresikan keinginan mereka agar mereka belajar dengan suasana menyenangkan dan aktif sehingga menciptakan suasana belajar yang kondusif.
  • Mewujudkan disiplin positif siswa melalui pembentukan kesepakatan kelas yang sudah dibuat bersama, agar mereka mampu mendisiplinkan diri dan bertanggung jawab dengan peraturan yang mereka buat sendiri, serta mampu memenuhi konsekuensi dari aturan yang telah disepakati tersebut, dengan menghargai mereka sendiri dan orang lain.
  • Melaksanakan budaya positif di kelas sehingga dapat menumbuhkan karakter baik pada siswa seperti saling menghargai, bertanggungjawab, berakhlak baik, aktif dan bekerjasama.

Tolok Ukur

Adapun tolok ukur keberhasilan kegiatan ini sebagai berikut:

  • Dapat mengakomodir pendapat, ide, harapan serta kreatifitas dalam menyusun kesepakatan kelas.
  • Terjalin suasana dua arah yang aktif antara guru dan murid
  • Terbentuknya kesepakatan kelas yang disusun dan dikembangkan bersama oleh guru dan murid.
  • Terwujudnya disiplin positif pada siswa dengan melaksanakan peraturan/ kesepakatan kelas tersebut dengan sadar tanpa paksaan.

Linimasa tindakan yang akan dilakukan

  • Menyusun rencana tindakan aksi nyata (Minggu 3 Desember 2021)
  • Mensosialisasikan rencana tindakan pada kepala sekolah dan rekan guru lainnya (Minggu 4 Bulan Desember 2021)
  • Menyusun kesepakatan kelas (Minggu 1 Bulan Januari 2022)
  • Melaksanakan Disiplin Positif secara konsisten dalam kegiatan sehari-hari sebagaimana telah disepakati dalam kesepakatan kelas yang telah disusun (Mulai Minggu 2 Bulan Januari 2022)
  • Mendokumentasikan kegiatan aksi nyata (Mulai Minggu 4 Desember)
  • Melakukan Evaluasi dan refleksi terhadap kegiatan aksi nyata (Minggu 4 Bulan Januari 2022).

Dukungan yang dibutuhkan

Untuk dapat mewujudkan rancangan tindakan aksi nyata, saya tidak dapat melakukan sendiri, oleh karena itu dukungan dari semua pihak sangat dibutuhkan diantaranya kepala sekolah, siswa, wakasek, rekan guru, Wali kelas, BK, orang tua siswa dan juga dukungan sarana prasarana.





Comments

Popular posts from this blog

Release Instaler dan Updater Aplikasi Rapor SP Versi 2023.F

Release Aplikasi Rapor SP - Rapor Kurikulum Merdeka Versi 2023

Panduan Lengkap Rapor SP Versi 2023

Patch Rapor SP untuk Sertifikat UKK

Aplikasi Gratis | Pemilihan Mata Pelajaran Pilihan untuk SMA Pelaksana Kurikulum Merdeka